Monday, November 27, 2017

Teori Tentang Keberadaan Waktu







Kalau mendengar kata waktu, kita bakalan kepikiran sama hal-hal kayak jam, stopwatch, dan pengukur waktu lainnya. Padahal, barang-barang itu adalah eksistensi dari waktu. Makna waktu sendiri enggak sekadar itu. Bahkan, waktu itu ajaib banget dan punya beragam makna. Susah mendefinisikan waktu karena kita sendiri enggak bisa melihat wujud waktu. Entah waktu itu aliran, ruang, atau apa. Sampai sekarang, semuanya hanya berbatas pada teori dan rumus semata.


Selain mesin waktu ala Doraemon dan ala film-film masa depan lain, ada banyak teori serius terkait waktu. Yap, teori-teori ini juga terkait perjalanan waktu dan hal-hal ajaib yang bikin kita paham bahwa waktu juga sama seperti dimensi ruang. Bedanya, waktu enggak bisa kita lewati bolak-balik karena dimensi kita enggak setinggi itu. Nah, apa aja, sih, teori-teori yang udah ditelurkan oleh para ilmuwan terkait waktu?


Paradoks Kembar



Paradoks Kembar adalah teori tentang anak kembar yang usianya bisa berbeda jauh. Wah, kok bisa? Bukannya anak kembar itu harusnya usianya hampir sama, ya? Kalau pun beda, paling-paling hanya beberapa detik aja. 

Iya, teori ini terkait sama masalah dilatasi waktu. Dilatasi waktu adalah konsekuensi dari relativitas khusus: saat dua orang yang bergerak dengan pergerakan relatif antara satu dengan yang lainnya, individu lain terlihat bergerak lebih lambat, begitu juga sebaliknya.





Lebih gampangnya, coba bayangindengan menganggap ada 2 orang kembar bernama Eyne dan Stine. Dua2nya kita anggap berumur 10 tahun. Eyne memutuskan dia sudah bosan di bumi dan perlu liburan. Dia mendengar bahwa ada hal yang menarik di sistem bintang Alpha3, yang berjarak 25 tahun cahaya. Stine yang harus mengikuti ujian matematika minggu depan, harus tinggal di rumah untuk belajar. Jadi Eyne berangkat sendiri. Ingin sampai secepatnya di sana, dia memutuskan untuk berjalan dengan kecepatan 99,99% kecepatan cahaya. Perjalanan ke sistem bintang itu bolak balik membutuhkan waktu 50 tahun. Apa yang terjadi ketika Eyne kembali? Stine sudah 60 tahun, tapi Eyen masih berumur 10 ½ tahun. Bagaimana mungkin? Eyne sudah pergi selama 50 tahun tapi hanya bertambah umur ½ tahun!




Ide Einstein tentang waktu yang melambat tampak benar dan semua adalah teori, tapi bagaimana kamu tahu kalau dia benar? Salah satu cara adalah dengan naik roket dan memacu roket itu mendekati kecepatan cahaya. Tapi sampai saat ini, kita belum bisa melakukannya. Tapi ada satu cara untuk mengetestnya.


Bagaimana kita tahu kalau Einstein tidak salah? Percobaan ini mungkin bisa memberikan penjelasan atas idenya.

 Jadi, semakin mendekati kecepatan cahaya, pergerakan seseorang akan semakin melambat (ingat sama pelajaran Transformasi Lorentz di Fisika zaman SMP). Bahkan, kalau naik pesawat, lo akan lebih muda sepersekian milinano detik lebih muda daripada yang diam berdiri di Bumi. Akan tetapi, perbedaan ini enggak terasa karena kecepatan pesawat sangat jauh dibandingkan kecepatan cahaya. Kalau kecepatannya makin mendekati kecepatan cahaya, makin terasa pula perbedaannya.


Nah, hal kayak gini bikin kita sadar kalau sifat waktu itu enggak konstan. Ya, yang menemukan hal ini adalah Einstein lewat Teori Relativitas Khusus. Sampai sekarang, sih, kejadian kayak gini belum ada karena belum ada pesawat luar angkasa yang bisa mendekati bahkan berkecepatan separuh dari kecepatan cahaya (299.792.458 m/s).




Terpecah Belah Menjadi Partikel




Apa pun yang terjadi, kita, manusia, atau makhluk hidup lain, selamanya enggak akan bisa menjelajahi waktu. Begitu anggapan penganut teori ini. 

Hal ini sontak menghancurkan hati para pencinta Doraemon. Namun, memang teori ini yang paling logis karena sampai detik ini belum pernah ada bukti sahih bahwa manusia bisa menjelajahi waktu. Yang ada hanyalah cerita -cerita hoax dari milis internet. Kenapa? Menurut teori ini, untuk bisa menjelajahi waktu, sebuah benda akan terpecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil supaya bisa dikirim ke masa lalu atau masa depan. Nah, kalau manusia atau makhluk hidup lain terpecah-belah, udah enggak mungkin bagi dia buat hidup lagi. Kalau kayak gini, kita masih bias, dong, ngirim contekan buat diri kita yang lagi ikut SBMPTN di masa lalu?





Enggak juga. Pasalnya, mereka yang menganut teori ini juga yakin bahwa buat bikin mesin waktu, dibutuhkan energi superbesar yang bahkan Bumi ini kayaknya enggak sanggup menampung. Entahlah kalau di belahan semesta lain ada, tapi yang jelas, masih enggak mungkin diciptakan di Bumi ini. Jadi, mending nikmatin masa kini dulu aja dan coba ngebuat masa depan yang baik, ya? 

Mikirin waktu memang bikin kita pusing karena hal itu udah menyangkut berbagai rumus fisika dan juga alam semesta yang luas ini. Akan tetapi, dengan memahami konsep-konsep waktu, lo pun kemudian akan menyadari bahwa kegalauan lo ditinggal gebetan bukan berarti apa-apa dan kenangan lo bersamanya juga enggak pahit-pahit amat. Karena apa? Karena, kita cuma setitik kecil di tengah berbagai dimensi alam semesta ini yang maharumit, termasuk dimensi waktu. Asyik, deh, jadi gampang move on, ‘kan?



Grandfather Paradox



Banyak orang yang ingin melakukan perjalanan lintas waktu karena ingin mengubah masa lalu mereka. Sayangnya, hal itu enggak bisa dilakukan, setidaknya menurut penganut Teori Grandfather Paradox.

 Apa, sih, Grandfrather Paradox itu? Grandfather Paradox adalah sebuah teori yang nyebutin bahwa walaupun kembali ke masa lalu, kita enggak bisa ngebunuh kakek kita supaya kita enggak lahir. Jadi, misalnya lo balik ke masa lalu, terus lo membunuh kakek-nenek mantan lo biar dia enggak perlu ada di dunia ini, mantan lo enggak akan hilang dari kehidupan lo.



Loh, kok, bisa gitu? Iya, jadi kita enggak pergi ke masa lalu kita. Pasalnya, masa lalu kita enggak bisa diganggu gugat. Begitu juga dengan masa depan. Kalau pun suatu saat kita bisa melakukan perjalanan waktu, masa lalu dan masa depan yang kita jelajahi bukanlah masa lalu dan masa depan kita meskipun segalanya mirip banget. Masa lalu dan masa depan itu hanyalah masa lalu dan masa depan dari kuantum semesta lain yang sedang bersinggungan sama kuantum semesta kita.


Bingung? Jadi, hal ini erat kaitannya sama Teori Parallel Universe: alam raya ini terdiri atas berbagai “gelembung” semesta yang tercipta dari berbagai kemungkinan. Tiap manusia dan makhluk lain punya banyak skenario dalam kehidupan mereka. Misalnya, lo punya pilihan buat langsung kerja abis lulus SMA atau lanjut kuliah. Nah, di semesta lo yang sekarang ini, mungkin lo lanjut kuliah. Di “gelembung” semesta lain, ada lo yang lain yang langsung kerja habis lulus SMA. Semakin banyak pilihan, semakin banyak pula “gelembung” tercipta. Nah, saat naik mesin waktu, lo enggak menjelajahi waktu di “gelembung” lo, tetapi “gelembung” semesta lain.





Ruang dan Waktu Tidak Berubah




Berbeda dengan Teori Relativitas ala Einstein, teori Newton menegaskan bahwa ruang dan waktu itu adalah dimensi yang enggak bisa berubah. Jadi, waktu enggak bisa bertambah cepat atau malah melambat. Waktulah yang membentuk struktur alam semesta ini.

Kalau diibaratkan jaring, jaring dimensi ruang dan waktu ala Einstein adalah jaring elastis. Kalau kita nempatin bola di jaring itu, jaring itu bisa ngebentuk sebuah cekungan. Sementara itu, jaring ala Newton kaku kayak kawat dan enggak cekung saat bola ditempatin di atasnya. Jadi, enggak ada konsep dilatasi waktu kayak Einstein. Ruang dan waktu itu mutlak aja gitu menurut Newton. Dan, hukum gravitasi adalah gaya.

Sementara itu, menurut Einstein, gravitasi adalah efek dari kelengkungan ruang dan waktu, kayak yang tadi udah dijelasin dengan analogi bola dan jaring. Hal ini digunakan sebagai tema dalam Interstellar, salah satu film fiksi ilmiah karya Christopher Nolan yang kece badai dan membuat waktu 3 jam menjadi berlalu tanpa terasa.




Kalau lo sendiri, lebih percaya sama teorinya Newton atau Einstein soal waktu? Bagaimana pun, sih, teori Einstein memang lebih modern dan lebih lengkap dibandingkan teori Newton. Namun, tanpa adanya teori Newton, enggak bakal ada teori Einstein.


0 komentar:

Post a Comment