THANK YOU FOR VISITING MY BLOG,THANK YOU FOR READING MY ARTICLES

Please Like, Share, Comment, Like Again, Post, And Don’t Forget To Comment.

THANK YOU FOR VISITING MY BLOG,THANK YOU FOR READING MY ARTICLES

Please Like, Share, Comment, Like Again, Post, And Don’t Forget To Comment.

THANK YOU FOR VISITING MY BLOG,THANK YOU FOR READING MY ARTICLES

Please Like, Share, Comment, Like Again, Post, And Don’t Forget To Comment.

THANK YOU FOR VISITING MY BLOG,THANK YOU FOR READING MY ARTICLES

Please Like, Share, Comment, Like Again, Post, And Don’t Forget To Comment.

THANK YOU FOR VISITING MY BLOG,THANK YOU FOR READING MY ARTICLES

Please Like, Share, Comment, Like Again, Post, And Don’t Forget To Comment.

Wednesday, June 21, 2017

Hulder makhluk hutan menggoda




Dalam dongeng-dongeng dan cerita rakyat Skandinavia, Huldra (nama lain di Swedia: Skogsrå atau Skogsfru (artinya “gadis hutan”), dan Tallemaja) adalah makhluk mitologis yang berasal dari hutan. Biasanya berjenis kelamin wanita.

Hulder adalah makhluk hutan menggoda yang ditemukan dalam cerita rakyat Skandinavia. (Nama-Nya berasal dari akar yang berarti "tertutup" atau "rahasia".) Dalam cerita rakyat Norwegia, dia dikenal sebagai huldra ("hulu nafsu tipikal", meskipun cerita rakyat mengandaikan bahwa ada seluruh Hulder Ras dan bukan hanya satu individu). Dia dikenal sebagai "roh hutan" skogsr atau Tallemaja "pohon pinus Maria" dalam cerita rakyat Swedia, dan ulda dalam cerita rakyat Sámi. Namanya menunjukkan bahwa dia awalnya sama dengan sosok ilahi völva Huld dan Holda Jerman.


Dilihat dari depan, mereka telanjang dengan wajah yang sangat luar biasa cantiknya, namun jika dilihat dari belakang, punggungnya berlubang seperti lubang pohon pada batang pohon yang sudah tua. Di Norwegia, punggung mereka tidak berlubang, namun mereka punya ekor (ekor sapi menurut kepercayaan orang Norwegia, sedangkan bagi orang Swedia mereka punya ekor sapi atau ekor rubah) yang merupakan satu-satunya hal yang membedakan mereka dari gadis normal.




Huldra memancing lelaki supaya masuk ke hutan untuk diajak berhubungan badan. Mereka akan memberi balasan bagi lelaki yang telah memuaskan nafsu mereka dan membunuh lelaki yang tidak bersedia. Namun Huldra di Norwegia tidak seperti itu. Mereka mungkin saja menculik seseorang, namun segan untuk membunuhnya. Mereka kadang-kadang menculik bayi manusia dan menempatkannya di antara anak-anak mereka yang disebut Huldrebarn.

Huldra berjenis kelamin pria disebut Huldu, atau “Huldrekall” (sebutan di Norwegia).

Di Norwegia, Huldra sering dilukiskan sebagai gadis desa yang istimewa, mengenakan pakaian petani, namun wajahnya nampak lebih memikat dan bercahaya jika dibandingkan dengan gadis desa biasa. Kadang-kadang Huldra menikahi pria lokal, namun bila itu terjadi, segala kemewahan dan keindahan yang menyelimuti tubuhnya akan menghilang ketika pendeta memegang tangannya, atau jika memasuki gereja.

Jika Huldra dikhianati, ia akan sakit hati dan menghukum siapapun yang menyakiti hatinya, seperti sebuah cerita dari Sigdal. Seekor Huldra akan menikah dan calon suaminya sudah bersumpah akan menikahinya, dengan syarat, pria itu tidak boleh menceritakan apapun tentang pengantinnya kepada orang lain. Namun pria itu mengingkari janjinya. Huldra memukul telinga pria itu dengan ekornya lalu pria itu kehilangan pendengaran dan akal pikiran mereka.



SCP-169 The Leviathan







SCP-169 adalah sebuah spesies yang sangat besar sehingga karena ukurannya, SCP-169 tidak bisa dan hampir pasti tidak akan pernah ditahan atau ditangkap dengan struktur yang ada di bumi yang cukup besar atau cukup kuat untuk menahannya. Lokasi tempat SCP-169 tidak bisa diketahui secara tepat, namun satelit pencitraan dan analisis eksentrik di orbit bumi menunjukkan bahwa SCP-169 terletak di selatan Samudera Atlantik mungkin sekitar ujung Amerika Selatan. Setiap rekaman satelit yang menunjukkan pergeseran daratan yang dihasilkan oleh SCP-169 entah milik negara manapun, maka rekamannya akan di potong, diambil dan dihancurkan oleh agen yang menyelinap masuk di setiap negara.

SCP-169 diduga merupakan sejenis arthropoda laut berukuran besar, yang dikenal sebagai “Leviathan” oleh para pelaut dahulu yang disebarkan melalui lisan. Diduga pada awalnya Leviathan hanya dijadikan sebagai mitos, namun SCP-169 atau Leviathan pernah terdeteksi oleh Mobile Task Force Gamma-6 selama penyelidikan aktivitas paranormal disekitar sebuah pulau yang dirahasiakan tempatnya. Selama penyelidikan, seorang dokter (kita sebut saja Dokter-X) menemukan sebuah pulau yang telah berpindah setidaknya tiga (3) kilometer dari lokasi semula.



Mekipun awalnya Dokter-X percaya bahwa gerakan ini disebabkan oleh pergeseran benua yang biasa terjadi dan bergerak secara cepat, misi pengintaian akhirnya dilakukan oleh Team USS-X. Team USS-X mengungkapkan bahwa pulau tersebut memiliki tonjolan seperti potongan batu yang keras dan mempunyai massa organik (hidup) yang sangat besar. SCP-Foundation pun diturunkan dan dibawa segera setelah penemuan tersebut untuk memulai membuat prosedur manajemen keamanan mengenai sesuatu yang dapat mengancam keamanan dunia.

Dr-X dan Dr-Y memperkirakan bahwa panjang tubuh SCP-169 kurang lebih 8000 km sebelum tahun 2000. Makhluk ini diduga telah ada sejak era pra-Kambrium. Tidak ada spesimen lain yang terlihat. Hampir tidak ada informasi yang bisa diketahui mengenai kebiasaan SCP-169, seperti kemampuan re-produksi (jika ada), sumber makanan dan tempat bersarang serta tempat koloninya. Penelitian tentang SCP-169 saat ini sedang menunggu persetujuan SCP-Foundation dengan negara-negara yang ada di seluruh dunia.

SCP-169 sendiri berbentuk pulau yang ternyata sudah berpenghuni. Namun setelah adanya kontrak penelitian yang dilakukan oleh SCP-Foundation, segera saja mereka mengevakuasi warga dengan berpura-pura adanya kenaikan permukaan laut (Fake Tsunami Alarm). Meskipun pulau ini sebenarnya masih berada di atas permukaan laut selama beberapa ribu tahun tanpa perubahan, namun dikhawatirkan bahwa setiap perubahan mendalam SCP-169 dapat mengakibatkan hilangnya seluruh kepulauan disekitarnya. SCP-169 bergerak perlahan, kurang dari satu kilometer per minggu, tetapi tampaknya karena makhluk ini mengambang dan mengikuti arus laut. Gempa yang terjadi secara teratur tampaknya menunjukkan bahwa dia “bernapas” setiap tiga (3) bulan, menyebabkan pergeseran kecil di medan pulau-pulau lain serta menunjukkan bahwa makhluk itu sedang tidak aktif (sedang dalam hibernasi atau masa tidur panjangnya).

Team USS-X diterjunkan dengan semua campur tangan segera setelah penemuan SCP-169 dengan izin penuh dari pemerintah Amerika. Masyarakat dilarang memasuki kepulauan yang diciptakan oleh SCP-169 karena sejumlah kemungkinan besar penduduk terancam oleh spesies burung ganas yang muncul di pulau tersebut. NASA saat ini bekerja sama dengan SCP-Foundation dalam menjaga keberadaan SCP-169 agar tetap tenang dan saat ini memungkinkan penggunaan satelit NASA oleh SCP-Foundation untuk kegiatan fotografi SCP-169. Sekitar tahun 1900-an, US National Oceanic and Atmospheric Administration, lembaga ilmiah Amerika yang tidak terafiliasi pemerintah Amerika dan sangat tidak percaya mengenai keberadaan SCP-Foundation, secara tidak sengaja mendeteksi suara ultra dengan frekuensi rendah di bawah air yang berasal dari suluruh kepulauan dengan koordinat yang sengaja dirahasiakan, dan terletak sekitar xxx kilometer dari pantai barat daya Amerika Selatan.

Meskipun sudah berusaha ditutup-tutupi oleh para agen terbaik, namun berita mengenai suara ultra ini bocor ke berbagai media dan menyebar secara signifikan. SCP-Foundation menyimpulkan bahwa organisme di bawah laut menjadi sumber kebisingan tersebut dan SCP-169 yang diduga sebagai penyebabnya. Suara ultra ini sangat mendukung hipotesis yang pernah dibuat bahwa SCP-169 adalah sebuah makhluk dengan ukuran tubuh yang sangat besar. Upaya analisis yang dilakukan oleh suatu team yang tidak resmi maupun oleh warga sipil yang berusaha menemukan sumber kebisingan tersebut harus dihentikan dengan cara apapun yang memang diperlukan, termasuk memburu dan menembak mati bagi mereka yang bersikeras.




Legenda Zombie di Haiti


                

Zombie berasal dari Pulau Haiti, Karibia. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang hampir mati, lalu dihidupkan kembali dari tubuh yang hampir mati tersebut oleh para pendeta/dukun Voodoo (seperti ilmu ghaib/supranatural suku-suku Indian, tentunya memakai mantra-mantra). Mereka biasanya dijadikan budak-budak di sisa hidup mereka yang sangat memprihatinkan. Seperti halnya manusia, Zombie pun bergerak, mendengar, berbicara, makan, dan minum. Namun, mereka tidak memiliki ingatan dan wawasan tentang kondisi mereka.

Legenda Zombie telah muncul selama berabad-abad, namun baru pada tahun 1980 ada sebuah kasus yang didokumentasikan. Cerita ini bermula pada tahun 1962 di Haiti. Seorang pria yang bernama Clairivius Narcisse dijual kepada salah satu Dukun Voodoo oleh saudara laki-lakinya, sebab Clairivius menolak untuk menjual sebagian warisannya berupa tanah keluarga. Langsung saja Clairivius dibuat meninggal dan dikuburkan. Namun, sebenarnya ia tidak benar-benar mati, tetapi malah dijadikan sebagai Zombie dan dipekerjakan di perkebunan tebu bersama para pekerja zombie lainnya. Pada tahun 1964, sesudah pemilik Zombie tersebut meninggal, para zombie-zombie tersebut akhirnya menyebar dan mengembara melintasi pulau dalam keadaan linglung selama lebih kurang 16 tahun lamanya sebelum akhirnya mereka ditangkap.


Dr. Wade Davis, seorang ahli etnobiologi dari Harvard University, memutuskan untuk pergi ke Haiti guna meneliti kebenaran dari cerita tersebut dan pada saat ia tiba kesana ia benar-benar menemui beberapa dukun-dukun Voodoo yang mempraktekkan cara pemuatan zombi. Intinya, buatlah mereka mati dan buatlah mereka menjadi gila, sehingga pikiran mereka dapat diatur. Seringkali dukun tersebut secara diam-diam memberikan semacam obat-obatan untuk mencapai hal ini. Cara membuat mereka mati tidak seperti yang pernah kita bayangkan., misalnya dengan cara dibacok, dipukul, dan sebagainya. Namun dengan cara yang unik, yaitu dengan mencampurkan kulit katak yang biasa disebut bufo dan ikan puffer (inti dari ini adalah mereka tidak sebenarnya mati, alias nyawanya masih tetap ada). Campuran ini dapat ditambahkan pada makanan, atau dioleskan ke kulit, terutama pada kulit yang lembut dan tidak rusak dibagian dalam lengan dekat siku. Kemudian setelah beberapa menit, para korban yang sudah terkena seakan terlihat mati, dengan nafas dan detak jantung yang melemah. Nah jika begitu, maka orang-orang yang melihatnya mengira ia telah mati dan segera dikuburkan. Tapi, mereka ini belum benar-benar mati, mungkin hanya dukun-dukun yang menyebabkan mereka seperti itu, yang benar-benar mengetahui kondisi yang sebenarnya.Kemudian, setelah ia dikubur oleh keluarganya, lalu para dukun harus menunggu terlebih dahulu selama beberapa jam untuk menggali dan kemudian mengambil jasadnya (tapi jangan terlalu lama menunggu karena nanti mereka bisa mati asli sebab sesak nafas didalam sana).

                          

Selanjutnya bagaimana cara membuat mereka gila?, caranya adalah dengan memaksa mereka memakan sejenis pasta yang terbuat dari datura (rumput jimsons). Karena datura ini sifatnya memutus hubungan pikiran dengan realitas, dan kemudian menghancurkan seluruh ingatan yang ada. Setelah mengkonsumsi itu mereka akan menderita kebingungan, tidak tahu ini hari apa, dimana mereka berada, bahkan dirinya sendiri ia tidak tahu. Sekarang Zombie yang telah berada dalam kondisi semipermanen menjadi gila, dijual ke perkebunan tebu untuk dijadikan sebagai pekerja (budak). Mereka akan diberi datura lagi jika keadaan mereka terlihat mulai pulih. Jadi, Zombie yang sebenarnya itu bukan seperti digambarkan oleh film-film yang umumnya digambarkan benar-benar mati seperti vampire-vampire China yang bisa bangkit kembali, berjalan, lalu kemudian dapat bergerak menyerang manusia. Hal seperti itu adalah salah besar, Zombie yang dimaksud sebenarnya adalah seperti yang diceritakan diatas tadi.Para dukun-dukun Voodoo menggunakan kulit katak bufo dan ikan puffer untuk membuat seseorang menjadi Zombie.


                               

Kulit katak bufo itu sangat berbahaya, terdapat kandungan kimia yang berupa racun mematikan didalamnya, yaitu biogenetik amina, bufogenin, dan butofotoksin. Sedangkan ikan puffer yang lebih dikenal di Jepang dengan nama fugo. Racunnya disebut tetrodotoksin, racun saraf yang mematikan. Efek penghilang rasa sakitnya 160.000 kali lebih kuat daripada kokain. Memakan ikan jenis ini bisa membuat keblinger karena kandungan rancunnya. Di Jepang, banyak orang-orang yang mati setelah memakan ikan jenis ini, pada umumnya toksin tersebut dengan cepat menurunkan suhu tubuh dan tekanan darah, selain itu dapat juga membuat orang yang memakannya mengalami koma. Sedangkan datura adalah sejenis rumput jimsons (latin brugmansia candida), tumbuhan ini mengandung bahan kimia atropin, hyoskiamin dan skopolamin yang bila dikonsumsi akan menyebabkan kehilangan ingatan. Bahkan jika mengkonsumsinya terlalu banyak akan mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Orang yang memberi bahan kimia diatas seharusnya cukup terampil, harus bisa memperkirakan takaran secukupnya pada manusia yang ingin dijadikan Zombie supaya nantinya tidak mati.


Kuchisake-onna (口裂け女)




Kuchisake-onna (口裂け女) atau wanita bermulut robek adalah sejenis siluman dalam mitologi dan legenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang menutup mulutnya yang robek dengan kipas, syal atau masker operasi (versi yang paling populer). Ia sering muncul di jalan-jalan yang sepi dan bertanya pada orang yang ditemui apakah dirinya cantik.

Bila orang itu menjawab tidak atau ketakutan melihat wujud seramnya ia akan membunuh orang itu.Dalam legenda, Kuchisake-onna tadinya adalah seorang wanita muda yang hidup pada Zaman Heian. Kemungkinan ia adalah seorang istri atau selir samurai. Ia dikaruniai wajah yang sangat cantik namun sombong, ia juga sering berselingkuh di belakang suaminya. Suaminya merasa sangat cemburu dan dikhianati menyerangnya dan membelah mulutnya dari kuping ke kuping. “Sekarang siapa yang akan berkata kau cantik?” ejek suaminya.

Sementara dalam versi legenda urban, Kuchisake-onna adalah seorang wanita korban operasi wajah yang gagal. Konon katanya, dokter yang mengoperasi wajahnya memakai pomade (jenis minyak rambut) dengan bau yang menusuk. Ketika sedang dioperasi ia tidak bisa tenang karena bau itu sehingga si dokter secara tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek.



Wanita itu menjadi histeris dan marah lalu membunuh dokter itu. Belakangan ia dibunuh oleh para penduduk kota dan menjadi hantu penasaran. Ada beberapa versi lain mengenai asal-usulnya namun kurang populer, misalnya:

* Korban kecelakaan lalu-lintas yang wajahnya rusak.
* Seorang wanita yang mengalami gangguan kejiwaan sehingga merobek mulutnya dengan benda tajam.
* Seorang wanita korban pemerkosaan yang mulutnya dirobek oleh si pemerkosanya atau ia sendiri yang melakukannya setelah menjadi gila karena perkosaan itu.
* Seorang wanita yang leluhurnya memperoleh uang haram dengan menyembah siluman anjing sehingga anak cucunya dikutuk bermulut robek dan bila mati akan menjadi siluman.

Kuchisake-onna menutupi mulutnya yang robek dengan masker operasi dan sering bergentayangan di kota pada waktu malam, terutama ketika sedang berkabut. Bila bertemu seseorang (terutama anak-anak atau mahasiswa) di jalan yang sepi, ia akan bertanya, “Apakah saya cantik?” (Watashi kirei?) .Bila orang itu menjawab “ya”, ia akan membuka maskernya dan bertanya lagi, “Bahkan bila seperti ini?” Pada saat itu, bila si korban yang biasanya terkejut dan takut menjawab tidak, ia akan membunuhnya dengan gunting, golok, sabit, atau senjata tajam lainnya. Bila si korban tetap menjawab ya setelah melihat wajahnya di balik masker, ia akan gembira dan membebaskannya, namun ada juga yang mengatakan walaupun korban melakukan itu, Kuchisake-onna mengikutinya sampai ke rumah baru akan membunuhnya di depan pintu rumah si korban. Bila korbannya wanita, Kuchisake-onna akan merobek mulutnya hingga serupa dengannya, bila korbannya anak-anak, ia akan memakannya.Legenda urban yang populer pada tahun 70’an mengatakan bahwa korban akan selamat bila ia menjawab “biasa saja”.




Sementara versi tahun 2000an mengatakan bahwa korban akan selamat bila menjawab, “begitulah” sehingga Kuchisake-onna bingung dan berpikir dulu apa yang akan ia lakukan, saat sedang bingung itulah korban mempunyai kesempatan untuk kabur.

Cara lain untuk lolos dari Kuchisake-onna adalah dengan menawarkannya permen keras berwarna kuning tua karena ia menyukainya namun tidak bisa menikmatinya sehingga mengingatkannya lagi pada penderitaannya. Selain itu bisa juga dengan mengucapkan “pomade” sebanyak tiga kali, ada yang menyebutkan enam kali. Ucapan itu akan membuatnya takut dan kabur karena mengingatkannya kembali pada ahli bedah yang merusak wajahnya. Korban juga bisa memakai pomade untuk mencegahnya mengikutinya.





Permainan Kagome (かごめかごめ)






Kagome Kagome (かごめかごめ) adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan sekelompok anak-anak yang bernyanyi sambil berjalan bergandengan tangan melingkari seorang anak yang sedang menjadi oni.

Lagu yang dinyanyikan adalah lagu anak-anak Kagome Kagome. Anak yang menjadi oni duduk mendekam di tengah lingkaran sambil menutup mata dengan kedua belah tangan. Ketika lagu selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak mendapat giliran berjaga.

Permainan ini umumnya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 6 orang anak. Bila peserta terlalu banyak, anak yang sedang menjadi oni sulit untuk menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Permainan dimulai dengan janken untuk mengundi anak yang akan dijadikan oni.
Lirik lagu yang dinyanyikan sewaktu mengelilingi oni dapat berbeda sedikit menurut daerahnya di Jepang. Lirik yang populer sekarang adalah lirik yang didokumentasikan oleh Naoji Yamanaka di kota Noda, Prefektur Chiba pada awal zaman Showa.

Lirik lagu

かごめかごめ 篭の中の鳥は
Kagome kagome kago no naka no to ri wa Kagome, Kagome, burung dalam sangkar,
いついつ出やる 夜明けの晩に
Itsu itsu deyaru yoake no ban ni Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
鶴と亀と滑った
Tsuru to kame to subetta
Burung jenjang dan penyu tergelincir
後ろの正面だあれ。
Ushiro no shōmen daare.
Siapa yang ada tepat di belakang?
Lirik lagu Kagome Kagome dapat ditafsirkan bermacam-macam. Berbagai kanji yang berbeda dapat dipakai untuk menulis kata kagome sehingga artinya menjadi berbeda-beda:
kagome (籠目, anyaman kotak dari bambu)
kakome (囲め, kelilingi), imperatif
kagame (屈め, duduklah mendekam), imperatif.


Salah satu kisah tragis yang terkait dengan lagu ini adalah kisah anak-anak panti asuhan di Jepang yang menjadi objek eksperimen berbahaya para ilmuwan Nazi (Jerman). Kisah ini terjadi saat & setelah perang dunia ke-2 berakhir.

Di sebuah bukit daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima. Banyak ilmuwan Nazi gila yang melakukan eksperimen tidak bisa diterima oleh akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini (Nazi) di kenal sebagai ilmuwan yang sering melakukan eksperimen aneh dan selalu tersembunyi di bawah radar. Dan kali ini, mereka ingin meneliti sebuah 'keabadaian'. Mereka beranggapan, di dalam otak terdapat ‘tombol kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol inilah yang mengatur kematian seseorang.

Para ilmuwan gila ini mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat ‘tombol’ tersebut dan memberikan manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini pun berlangsung pada tahun 1942. Mereka memilih sebuah panti asuhan di Jepang sebagai tempat eksperimen mereka dan objek penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut.

Sebelum anak-anak tersebut di teliti, mereka akan melalui tes psikologi dan mendapat banyak imunisasi agar terhindar dari cacat. Dan saat itu, mereka memulai experimen mereka dengan membedah salah satu staff panti tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara otak manusia dewasa dan anak-anak. Sambil mencari ‘tombol kematian’ tersebut agar dapat memulai eksperimen gila mereka.

Korban pertama eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.

Setelah mendapat banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’ tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut, namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat untuk sementara waktu.

Namun, keesokan paginya, anak ini tidak bangun dari tidurnya dan mengalami koma. Sayang, para ilmuwan ini tidak menyerah begitu saja, beberapa saat kemudian entah dengan metode apa, mereka berhasil membangunkannya kembali dan eksperimen inipun berlanjut.

Kali ini, eksperimen yang berbeda lagi. Mereka berencana untuk mengamputasi tangan dari salah satu anak dan menggantinya dengan tangan buatan yang rencananya akan di kirim dari Moskow, Rusia.
Mereka memilih salah satu anak perempuan dan mengamputasi tangannya begitu saja. Tetapi, tangan buatan tersebut tak kunjung datang dan anak perempuan itupun hidup dengan satu tangan saja.
Salah satu anak panti yang tidak menyukai eksperimen tersebut mulai memberontak. Ia mencuri dan menghancurkan catatan, peralatan dan merusak ruangan penelitian mereka. Dibandingkan umurnya yang masih 8 tahun, ia mengakibatkan banyak kerusakan yang tak sesuai dengan ukurannya.
Ilmuwan senior begitu memandang hina dirinya namun mereka tak melakukan apapun agar tak menimbulkan kecurigaan.

Mereka malah menyuruh tentara Nazi untuk menghabisinya. Bocah kecil tersebut secara brutal dipenggal oleh bayonet tumpul dan mayatnya tidak di kubur. Ia di buang begitu saja di hutan belakang panti tersebut dan para tentara mengatakan kepada penjaga anak-anak bahwa ia telah menemukan keluarga yang baru.
Para ilmuwan tersebut melanjutkan eksperimen mereka dengan anak-anak yang sudah dibedah sebelumnya untuk mencoba metode baru mereka. Menyedihkan, tak ada satupun dari mereka yang selamat. Pada beberapa anak, ada yang kehilangan dahinya, dagu dan lidahnya di angkat, dan ada yang setengah kepalanya hilang. Tragisnya, semua percobaan ini tanpa menggunakan obat anastetik saat anak-anak malang ini dibedah (tanpa dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit).

Bayangkan saja bagaimana rasa sakit yang di alaminya dan bagaimana jeritan mereka? Para ilmuwan ini malah berpendapat bahwa eksperimen ini tidak bekerja pada anak-anak. Sehingga, mereka pun memilih beberapa penjaga anak-anak (dewasa) untuk di bedah. Dan mengejutkannya mereka semua selamat dan bertahan.

Saat eksperimen itu sedang berjalan, beberapa ilmuwan diperintahkan untuk melihat kondisi dan sikap anak-anak yang masih bertahan. Disinilah hal-hal aneh mulai terjadi. Di jurnal salah seorang ilmuwan tertulis
“Awalnya mereka terlihat normal-normal saja seperti anak-anak lainnya. Bermain dengan ceria, belajar dengan normal tapi jika mereka terpisah dengan kelompoknya, mereka seperti .. hilang.. mereka mondar-mandir tidak jelas, dengan senyum kosong di wajah mereka, mereka selalu menatap langsung kepadamu. Jika di dekati dari belakang, mereka akan berbalik secepat kilat dan beberapa saat, kau dapat melihat ekspresi yang jahat di wajah mereka dan akan membuatmu gemetar. Namun kemudian kau akan sadar mereka hanya sedang membuat senyuman manis di wajah mereka lagi.

Hal lain yang rasanya seperti mengikuti kami, hanya pada saat kami sendiri. Setelah selesai dengan ketikanku dan menuju ruanganku, seringkali aku dikejutkan oleh salah satu anak yang berdiri beberapa meter di lorong yang gelap dan memandangiku. Ketika aku beranjak menuju ruanganku, ia mengikutiku dan aku pun langsung menutup pintuku, mengganjalnya dengan kursi dan kemudian aku tidur dengan tenang. Rasanya mereka seperti hantu di malam hari. Dan hal yang lucu terjadi, aku sering melihat salah satu anak dengan rambut yang sedikit kemerahan. Namun saat aku bertanya pada penjaga, mereka menjawab bahwa tidak ada anak yang seperti itu disini.

Mereka juga sering bermain bahkan sebelum kami datang. Aku tidak memiliki banyak pengetahuan tentang Jepang, tapi nama permainan itu sepertinya ‘kagome kagome’ berdasarkan jawaban salah satu translator kami. Beberapa anak mengelilingi salah satu anak yang duduk di tengah sendirian, bersama mereka berpengangan tangan dan mulai berjalan mengelilinginya dengan wajah yang menakutkan sambil bernyanyi lagu yang aneh, kau akan kalah jika kau curang.

Setelah berbicara dengan mereka, aku melihat sepertinya mereka lebih banyak melamun, pelupa dan terkadang pandangan mereka kosong, seolah-olah eksperimen itu menghapus memori mereka. Tapi sepertinya bukan jenis lamunan yang polos, namun lebih jahat. Mereka akan melihatmu dengan pandangan mata yang lebar dan bertanya padamu pertanyaan yang sepertinya telah mereka ketahui sebelumnya. Salah satunya pernah bertanya “kapan nenekmu mati, apa benar dia meninggalkanmu sebuah jam tangan berlapis emas?” rasanya gila, tapi aku menjawabnya dengan jujur “iya .. “
Kata kagome juga dapat berarti tempat hukuman mati yang dikelilingi pagar bambu, segi enam, heksagram, atau ditulis sebagai kagome (籠女) yang berarti wanita hamil.

Begitu pula halnya dengan kata-kata yang mengundang berbagai penafsiran. Oleh karena itu, lirik lagu ini melahirkan berbagai cerita misteri, mulai dari kisah wanita hamil yang keguguran karena jatuh didorong mertua, wanita penghibur yang selalu dikurung dan diawasi, hingga sandi menuju lokasi Emas Terpendam Tokugawa.

Necromancy, Membangkitkan Orang yang Telah Mati





Necromancy (/ nɛkrəˌmænsi, -roʊ- / ) adalah praktik sulap yang melibatkan komunikasi dengan almarhum - baik dengan memanggil semangat mereka sebagai penampakan atau membesarkan mereka secara fisik - untuk tujuan ramalan, memberikan sarana Untuk meramalkan kejadian masa depan atau menemukan pengetahuan tersembunyi, untuk membawa seseorang kembali dari kematian, atau menggunakan almarhum sebagai senjata, karena istilah tersebut kadang-kadang dapat digunakan dalam pengertian yang lebih umum untuk merujuk pada sihir hitam atau sihir
Kata "necromancy" diadaptasi dari Late Latin necromantia, yang dipinjam dari bahasa Yunani Klasik νεκρομαντεία (nekromanteía), senyawa bahasa Yunani Kuno νεκρός (nekrós), "mayat", dan μαντεία (manteía), "ramalan dengan cara "; Bentuk senyawa ini pertama kali digunakan oleh Origen dari Alexandria pada abad ke-3 Masehi. Istilah Yunani Klasik adalah νέκυια (nekyia), dari episode Odyssey di mana Odiseus mengunjungi alam orang mati dan νεκρομαντεία dalam bahasa Yunani Helenistik, diterjemahkan sebagai necromantīa dalam bahasa Latin, dan sebagai necromancy dalam bahasa Inggris abad ke-17.


Tujuan pembangkitan orang yang telah mati itu biasanya digunakan untuk hal-hal yang terlarang, seperti mencelakai orang, bahkan dipercaya juga dapat melihat masa depan. Praktek necromancy ini telah ada sejak dulu.

Awal necromancy terkait dengan perdukunan, yang memanggil roh seperti hantu nenek moyang. Para necromancers klasik berbicara kepada orang mati dalam "campuran nada berderit dan dengung rendah", yang sebanding dengan gumaman orang-orang dukun trans. Necromancy lazim di seluruh zaman kuno dengan catatan praktiknya di Mesir kuno, Babilonia, Yunani dan Roma. Dalam Geographica-nya, Strabo merujuk pada νεκρομαντία (nekromantia), atau "peramal oleh orang mati", sebagai praktisi ramalan ramalan terdepan di antara orang-orang Persia, dan diyakini juga tersebar luas di antara bangsa-bangsa Chaldea ( Terutama Sabian, atau "pemuja bintang"), Etruria dan Babilonia. Para necromancers Babilonia disebut manzazuu atau sha'etemmu, dan roh yang mereka angkat disebut etemmu. Catatan tertua tentang necromancy ditemukan di Homer's Odyssey. Di bawah arahan Circe, seorang penyihir yang hebat, Odiseus pergi ke dunia bawah (katabasis) untuk mendapatkan wawasan tentang perjalanan pulangnya yang akan datang dengan membangkitkan semangat orang mati melalui penggunaan mantra yang telah diajarkan Circe kepadanya. Dia ingin memanggil dan mempertanyakan warna Tiresias pada khususnya; Namun, dia tidak dapat memanggil roh pelihat tanpa bantuan orang lain. Bagian Odyssey berisi banyak referensi deskriptif untuk ritual necromantic: ritus harus dilakukan di sekitar lubang dengan api selama jam nokturnal, dan Odiseus harus mengikuti resep khusus, yang mencakup darah hewan korban, untuk mengumpulkan libasi untuk hantu Untuk minum sementara dia mengucapkan doa kepada hantu dan dewa dunia bawah.



Ritual untuk menghidupkan mayat ini harus pakai meminum darah, memakan tengkorak, hingga memotong bagian tubuh. Padahal sebenarnya praktek necromancy ini hampir sama saja dengan memberikan tumbal atau memberikan jiwa kepada iblis. Karena mayat yang hidup kembali itu sebenarnya sudah diisi oleh iblis.


Meskipun pada awalnya tidak masalah, namun niat dari sang iblis yang masuk kedalam tubuh mayat tersebut adalah mengincar manusia yang masih hidup. Maka biasanya pada akhirnya sang necromancer yang akan dikendalikan oleh sang iblis.